So? Postingan kali ini hanya membahas senyawa Nikotin dan Tar yang merupakan kandungan paling berpengaruh dari ribuan senyawa kimia dan menjadi “idola” dalam sebatang rokok. Buktinya di setiap kotak rokok, dua sejoli ini saja yang dipamerkan, misalnya XX MG TAR dan XX MG NIKOTIN.
Setidaknya dengan mengetahui “dua sejoli ” ini, maka pembaca akan mengerti sepak terjangnya di dalam tubuh.
Nikotin:Nikotin adalah sebuah senyawa kimia berupa alkaloid yang bersifat stimulant terhadap tubuh manusia. Kandungan Nikotin umumnya terdapat pada tembakau dan konsentrasinya sekitar 5% dari per 100 gram berat tembakau. Kandungan nikotin dalam sebatang rokok biasanya tergantung merek rokok tersebut dan dapat dibaca disetiap bungkusnya.
Berbagai efek yang ditimbulkan nikotin dalam tubuh adalah:- Bisa membuat detak jantung yang semakin cepat
- Mmeningkatkan tekanan darah serta tarikan nafas yang berat dan cepat,
- Dalam jangka panjang, Nikotin dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, mengakibatkan si perokok, walaupun sudah lama berhenti merokok, sangat rentan terhadap serangan jantung dan stroke. Ini sebagai akibat dari rusaknya pembuluh arteri dalam darah, yang salah satu fungsinya, mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh.
- Pada konsentrasi rendah, zat ini dapat menimbulkan kecanduan.
- Memiliki daya karsinogenik (bisa menyebabkan kanker) yang bisa menghambat kemampuan tubuh untuk melawan sel-sel kanker.
Tar juga merupakan senyawa kimia dan kumpulan ribuan bahan kimia yang terdapat dalam asap rokok. Senyawa ini juga bersifat karsinogen dalam tubuh. Ketika rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Tar dalam asap rokok juga berpotensi memperbesar peluang terjadinya radang gusi, yaitu penyakit gusi yang paling sering tejadi yang disebabkan oleh plak bakteri dan faktor lain yang dapat menyebabkan bertumpuknya plak di sekitar gusi.
Nah dengan penjelasan di atas, masih perlukah merokok?? Ya kembali ke pro-kontra tadi...
By : piter silitonga
image:http://www.preventionindonesia.com/files/article/photo/54834_980845_one_too_many.jpg