Tulisan Terbaru

My Opinion-4 ( wawancara dengan Harian Panji Demokrasi)

Keberadaan Pendidikan Non Formal (PNF) Ditantang Untuk Menciptakan Tenaga Kerja yang Siap Pakai.


Medan, Panji Demokrasi

Pimpinan Mark Education Centre (MEC) Piter M. Silitonga, S.Si saat dijumpai Panji Demokrasi di kantornya JL. SM.Raja No.55 F Medan, mengutarakan bahwa peranan lembaga Pendidikan Non Formal atau sering disebut lembaga kursus, semakin ditantang untuk menyediakan lulusan yang siap pakai. Silitonga mengatakan hal ini disebabkan karena untuk merebut pasar kerja nasional dan internasional sudah semakin ketat dan kebutuhan si perekrut tenaga kerja yang semakin bervariasi. Kebutuhan ini tidak cukup hanya diperoleh dari sector pendidikan formal, karenanya lembaga – lembaga kursus ditantang dan harus siap menghadapi kompetisi ini.

Walaupun demikian, Beliau menambahkan tantangan tersebut tidak gampang untuk diterapkan. Yang menjadi pertanyaan bagi kita sekarang, sudahkah lembaga-lembaga kursus memiliki system dan kurikulum yang standard dalam menyerap kebutuhan-kebutuhan pasar kerja? Silitonga mengakui, disini yang masih perlu banyak pembenahan dan pembinaan, harus diakui masih banyak para pengeloloah kursus belum memahami sepenuhnya apa visi dan misi menyelenggarakan sebuah lembaga non formal. Beliau melanjutkan, tetapi hal ini semata-mata bukan hanya kesalahan pengelolah kursus, bisa saja disebabkan kurangnya pembinaan dan pengarahan dari pihak Dirjen Pendidikan Luar Sekolah, Direktur Pembinaan Kursus, serta Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikanan Pendidikan Nonformal (PTK-PNF). Bahkan saat ini HIPKI (Himpunan Penyelenggara Kursus Indonesia) di DPD Sumut dan DPC Medan, belum bisa berbuat banyak untuk menghimpun para pengelolah kursus didaerah ini, yang seyogianya HIPKI harus bisa mengorganisir dan menjembatani seluruh Pemgelolah Kursus dengan Pemerintah sehingga seluruh pengelolah kursus bisa terorganisir dalam wadah HIPKI dengan satu visi dan misi untuk bisa membawa peranan dalam meningkatkan life skill para generasi muda sehingga mampu merebut pasar kerja.

Ketika Panji Demokrasi menanyakan keberadaan lembaga pendidikan non formal saat ini, Silitonga menjawab, saya sangat mendukung kehadiran dan keberadaan Pendidikan Non Formal ini tengah-tengah masyarakat. Sudah terbukti seseorang yang memanfaatkan waktunya untuk mengikuti pendidikan non formal akan lebih manju dibandingkan yang tidak pernah. Satu yang penting, pendidikan non formal bukan hanya anak usia sekolah saja, tetapi juga untuk Fresh Graduated dan bahkan untuk karyawan – karyawan swasta atau PNS. Jadi coba bayangkan, sangat berperan penting bukan?

Bagaimana kira – kira harapan anda kedepan?
Saya mengharap:

  1. Perlu adanya pertemuan secara regular antara seluruh pengelolah kursus dengan pihak Diknas.
  2. HIPKI Sumut dan Medan sebagai wadah penyelenggara kursus harus mampu mengumpulkan dan mengorganisir seluruh pengelola kursus dan memjembataninya dengan pemerintah, sehingga akan tercipta kerjasama yang baik. Saya yakin akan memacu keseriusan para pengelola kursus untuk meningkatkan mutu dan memiliki program – program yang sesuai dalam kebutuhan dunia kerja.
  3. HIPKI harus bisa menjalin kerjasama kemitraan dengan UKM, Perusahaan, Depnakertrans, berupa pelatihan, dan penempatan kerja. Seperti yang dilakukan HIPKI Pusat, pada bulan Juni 2006 lalu, HIPKI dan PT.Megajob menandatangani nota kesepakatan kerjasama. Kerjasama ini adalah usaha untuk menyelaraskan kegiatan kedua belah pihak dibidang penyediaan Tenaga Kerja Indonesia. Bentuk kerjasamanya berupa penyaluran tenaga kerja ke 42.000 lembaga pendidikan diseluruh Indonesia.
Diakhir pembicaraan dengan Beliau, memberikan pesan bahwa untuk mencapai keberhasilan jangan pernah merasa LELAH.


Blog Archive