Tulisan Terbaru

SWINE FLU JANGAN DIANGGAP SEBAGAI KUTUKAN

Wabah Swine flu atau flu babi telah menggegerkan dunia. Kenapa tidak, jenis flu yang berasal dari negara Meksiko ini telah menyebar ke berbagai negara dan sudah ada delapan negara yang terserang.
Saat ini di negara asalnya Meksiko, jumlah korban tewas yang diduga disebabkan virus flu babi telah 159 orang. Dua puluh di antaranya telah dikonfirmasi akibat flu babi. Sementara kasus flu babi mencapai angka 2.500 dengan 1.311 orang masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Peningkatan penderita flu babi juga dilaporkan pemerintah Amerika Serikat. Hingga Rabu (29/4), 66 orang di enam negara bagian telah dikonfirmasi menderita penyakit flu babi, 45 di antaranya di Kota New York. Diperkirakan, jumlah penderita akan bertambah menyusul sakitnya ratusan siswa di kota itu yang diduga terjangkit flu babi. Di Selandia Baru, temuan kasus flu babi meningkat menjadi 14 orang. Sementara Jerman menjadi negara terakhir yang mengonfirmasi temuan kasus flu babi pada tiga warganya. Sementara itu di Kanada, Spanyol, Inggris, dan Israel juga menemukan flu ini telah masuk ke negaranya.
Indonesia sendiri tak lepas dari sejarah wabah flu dunia. Pernah terjadi di Bali pada tahun 1918 lalu saat pandemik flu Spanyol merebak ke seluruh dunia. Dari jutaan orang meninggal, 30 ribu di antaranya adalah warga Bali. Menurut peneliti Gusti Ngurah Mahardika, Kepala Laboratorium Biomedik Universitas Udaya Bali, di Denpasar, Bali, Rabu (29/4), menyatakan virus flu babi atau swine influenza dengan sub type H1N1 dipastikan sudah ada di Indonesia. Tapi, mempunyai genetik atau sifat yang berbeda. Flu Spanyol yang menewaskan warga Bali juga masuk sub tipe H1N1.
Untuk mengantisipasi penularan flu babi, Pemprov DKI Jakarta telah melarang restoran dan rumah makan yang menghidangkan daging babi untuk melakukan pemotongan sendiri, dimana daging babi yang akan dijual haruslah berasal dari rumah pemotongan hewan (RPH) Kapuk, Jakarta Barat, yang terjamin bebas virus karena dilengkapi surat keterangan dokter hewan.
Yang harus diketahui secara luas adalah virus flu babi berkembang dari babi yang masih hidup. Karena itu, amat riskan mereka yang bekerja di peternakan. Sedangkan daging babi diduga masih aman untuk dikonsumsi, sepanjang melalui pemanasan minimal 70 derajat celsius paling sedikit tiga menit.
Satu yang menjadi perhatian, jika flu babi ini akhirnya harus menular sampai ke Indonesia ( I hope NO!), janganlah dianggap sebagai kutukan seperti kasus Bocah "berkat", sehingga bisa dicegah dan ditangani secara bersama oleh masyarakat dengan pemerintah dengan mematuhi segala peraturan dan kebijakan-kebijakan yang diberlakukan walaupun itu terpaksa harus merugikan satu pihak.
image source:http://graphics8.nytimes.com/images/2009/04/25/world/25mexico2_600.jpg

BOCAH "BERKAT"

Kamis tanggal 23 April 2009 lalu, ketika hendak beli buku Teka Teki Silang di tempatnya Bang Sitompul penjual koran dekat kantor, tiba-tiba pandangan saya terhenti pada headline di Harian Sumut Pos Medan.

Seorang bocah yatim piatu bernama Berkat Hutauruk berusia 5 tahun asal Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara terbaring tak berdaya di rumah kecil  berdinding papan. Kondisi tubuhnya sangat kurus dan sekujur tubuhnya penuh bekas luka koreng akibat infeksi karena Berkat mengidap penyakit Human Immunodeficiency Virus/Aquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS). 

Berkat adalah anak bungsu dari pasangan Lintang Hutauruk dengan Rosalina. Sang ayah Lintang Hutauruk (46) telah meninggal dunia pada Desember 2008 lalu disusul sang ibu Rosalina (40) pada February 2009, akibat penyakit AIDS. 

Setelah kedua orangtuanya meninggal, kondisi keluarga semakin menyedihkan. Selain miskin, terasing serta disingkirkan, Berkat juga hidup nomaden (berpindah-pindah). Berkat si anak bungsu beserta tiga saudaranya terpaksa harus hidup berpisah karena mereka di asuh oleh saudara dari orangtuanya secara terpisah.

Menurut cerita yang dihimpun, penyakit yang diderita Berkat sudah ada sejak dia dalam kandungan. Penyakit AIDS itu berasal dari infeksi kedua orangtuanya.

Sejak kedua orangtuanya meninggal, warga kampung tempat Berkat di asuh merasa resah akan kondisi penyakit yang dialami anak bungsu dari empat bersaudara itu. Warga kampungpun meminta Berkat dikeluarkan dari kampung tersebut. Mereka menganggap penyakit Berkat adalah kutukan dan akan menulari seisi kampung. Dengan alasan itu, warga kampung  menjadi ketakutan, apalagi  melihat kondisi fisik Berkat yang sangat kurus, lemah dan tidak berdaya. Akhirnya mereka sepakat untuk mengusir  si Berkat dari kampung kelahirannya.

Saat ini atas pertolongan keluarga, Berkat telah dirawat di RSU Pirngadi Medan dan  dijaga dengan setia oleh kakaknya berusia 10 tahun yang harus berhenti sekolah demi mengurus sang adik Berkat. "Aku akan menjaga adik hingga sembuh." Ujar sang kakak yang tidak tahu sampai kapan bisa bersekolah kembali.

Apakah Berkat akan mampu bertahan hidup dan bisa kembali menikmati dunianya yang penuh sukacita? Ataukah pihak Rumah Sakit akan menyerah ketika biaya untuk Berkat tidak mampu lagi ditanggulangi?

Semoga bocah Berkat bisa sembuh dan tersenyum serta bisa menikmati indahnya masa kanak-kanak .Karena bagaimanapun penderitaan yang dialaminya bukan karena ulahnya, tetapi berasal dari kedua orangtuanya yang telah lebih dahulu menghadap Sang Pencipta.

HARI ESOK MASIH ADA, DUNIA BELUM KIAMAT

Anda mungkin pernah merasa bersalah atau menyesali sebuah ucapan atau pernah merasa “geram” ketika Anda salah menjawab soal – soal ujian atau salah menjawab pertanyaan saat ada job interview.
Banyak orang “menyiksa diri” dengan selalu mengingat atau menyesali sesuatu yang sudah terjadi. Sering pikiran dibebani dan berputar-putar terhadap sebuah masalah kecil yang sudah berlalu. Bahkan dalam pikiran selalu terngiang “seandainya tadi...” “ Sekiranya tadi...” “ Coba kalau...” Pemikiran seperti ini datang silih berganti dari hari ke hari sehingga badan mulai kurus karena makan tak enak tidurpun tak nyenyak. Masalah seperti ini tidak jarang kita hadapi dalam aktivitas keseharian , yakni selalu mengingat dan menyesali hal yang sudah lewat.
Efek akibat “penyiksaan diri” ini bisa menimbulkan kehilangan semangat dan kehilangan kepercayaan diri dalam menjalani setiap detik aktivitas, baik dalam pekerjaan, mencari pekerjaan atau mencari peluang-peluang baru.
Jika Anda seorang yang suka “menyiksa diri”, segera hindari dan segera bangkit untuk memulai semangat baru, membuka lembaran baru, menekuni pekerjaan, dan mencari peluang baru. Jangan berputar-putar dengan menyesali hal-hal yang telah lalu, karena itu akan menyiksa diri dan tidak membawa manfaat apa-apa..
Segera motivasi diri dan susun rencana. Ingat !! Hari esok masih ada dunia belum kiamat .

sumber foto:http://encyclopediah.files.wordpress.com/2009/02/yes-man.jpg



FREE WALLPAPER

R.A KARTINI, WHO IS SHE?


“Ibu kita Kartini putri sejati, putri indonesia harum namanya...” I still remember this lyric when elementary school.Today is Kartini’s Day. All Indonesian people always remember this special day.
Who is Kartini?
Raden Ajeng (Adjeng) Kartini or, more accurately, Raden Ayu (Ajoe) Kartini, (April 21, 1879–September 17, 1904), was a prominentJavanese and anIndonesian heroine. Kartini is known as a pioneer in the area of woman’s right for native Indonesians. Kartini was born into an aristocratic Javanese family in a time when Java was still part of the Dutch colony, the Dutch East Indies. Kartini's father, Raden Mas Sosroningrat, became Regency Chief of Jepara, and her mother was Raden Mas' first wife, but not the most important one. At this time, polygamy was a common practice among the nobility.
Kartini was the fifth child and eldest daughter in a family of eleven, including half siblings. She was born into a family with a strong intellectual tradition. Her grandfather, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, became a Regency Chief at the age of 25 while Kartini's older brother Sosrokartono was an accomplished linguist. READ MORE...

JADI, APA YANG DIBUTUHKAN?

Masih ingat Robert T. Kiyosaki ? Seorang penulis best seller Rich Dad Poor Dad dan Cashflow Quadrant yang mengajarkan permainan tentang uang, melek financial dan kebebasan financial yang karyanya telah memberi inspirasi sekitar 35000 orang di seluruh dunia.
Di sebuah sub bab bukunya mengatakan, “ TIDAK dibutuhkan uang menghasilkan uang” dan “TIDAK dibutuhkan pendidikan formal yang tinggi ” untuk mencapai kebebasan financial. Sebuah pernyataan yang mengerutkan kening. Kenapa? Karena saat itu dan juga saat ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa “Uang dibutuhkan untuk menghasilkan uang” dan mengatakan “Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit” agar bisa bekerja dengan gaji yang besar.
Anda juga masih ingat dengan Thomas A.Edison, pendiri General Electric; Henry Ford, pendiri Ford Motor Co.; Bill Gates, pendiri Microsoft, Ted Turner pendiri CNN, Michael Dell pendiri Dell Computers; Steve Job,Pendidir Apple Computer, juga dengan Ralph Laurent, pendiri Polo. Mereka-mereka ini adalah orang-orang yang meninggalkan Perguruan Tinggi dan mencapai kesuksesan tanpa memiliki gelar perguruan tinggi dan tidak memiliki uang yang melimpah saat membangun kerajaan bisnisnya. Walaupun disadari bahwa Pendidikan perguruan tinggi penting untuk sebuah profesi atau menunjang peningkatan karir, tetapi “tidak” bagi orang –orang ini dalam mendapatkan kekayaannnya.
Demikian juga dengan om Robert Kiyosaki, ketika dia dan istrinya mengalami hal yang sangat parah tahun 1985, dimana mereka tidak memiliki uang dan justru terlilit utang, tetapi dengan sebuah keyakinan dengan tidak melanjutkan pendidikan , tahun 1989 mereka lepas dari kesengsaraan dan kaya raya tahun 1994.
Jadi apa yang dibutuhkan? Impian, tekad besar, kesediaan untuk cepat belajar dan kemampuan mengolah dengan benar potensi Anda. Anda setuju??

PERSONALITI

Personaliti atau kepribadian adalah sesuatu yang unik bahkan penuh mistery. Banyak individu yang belum mengetahui 100% kepribadiannya. Walau telah mengikuti berbagai test kepribadian, tetapi tetap saja tidak puas dan ragu akan hasilnya.
Personaliti adalah sesuatu yang abstrak dan individual. Tak seorangpun tahu apa dan bagaimana hakekat personaliti dan tidak ada dua makhluk yang mempunyai personaliti yang sama.
Sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial, kita selalu berinteraksi dengan orang lain. Selama proses interaksi, satu sama lain akan saling memperhatikan dan inilah saatnya tiap individu saling memahami dan mengetahui personaliti seseorang.
Untuk mengetahui personaliti orang lain bukan sesuatu yang mudah, karena personaliti dipengaruhi banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah dari perkataan dan perbuatan seseorang. Artinya personaliti Anda akan bisa diketahui dari perkataan dan perbuatan Anda.
Personaliti adalah bagian penting dari keseharian Anda. Personaliti tidak mengenal salah dan benar atau bukan sesuatu yang baik dan yang buruk. Tergantung pada kapan, dimana, untuk apa dan kepada siapa hal itu dipergunakan.
Apakah anda ingin disenangi, ingin dijauhi, ingin dibenci, ingin dipuja ? Tergantung Anda dalam menempatkan personaliti Anda.

SANTAI SEJENAK

Jenuh, blank , tidak bergairah, wajah kusut , badan lemes, dan malas. Anda pernah mengalaminya bukan? Apalagi sudah beberapa hari utak-atik blog kesayangan sambil mengerahkan isi otak agar bisa konsentrasi penuh, seperti promosi blog, uji tip - trik meningkatkan traffik dan page rank, menaikkan earning di Google adsense, membuat postingan baru,dll
Apa yang Anda lakukan jika Anda mengalami momen seperti ini ? Anda mungkin melakukannya dengan berolahraga ringan, tidur, berenang, cuci mata ke mall atau pergi perpustakaan atau bertandang ke tempat sahabat, dll. Tetapi kalau sang hujan turun apalagi sekarang ini di kota saya, wah rasanya hal tersebut sulit dilakukan.
So?? Ya tetap aja ngeblog, tetapi sambil santai sejenak dengan menikmati yang berikut ini.


Click here for ALeGoo Comments and Graphics...Click here for ALeGoo Comments and Graphics...Click here for ALeGoo Comments and Graphics...


Click here for ALeGoo Comments and Graphics...Click here for ALeGoo Comments and Graphics...


Click here for ALeGoo Comments and Graphics...Click here for ALeGoo Comments and Graphics...


Blog Archive