Kini
waktu 3 tahun telah berlalu. Apa yang menjadi tujuan ide tersebut tampak belum
terealisasi. Mungkin karena yang melaksanakan lomba tersebut bukan lembaga pemerintah yang berkompeten dalam
mengatur sistim Pendidikan Nasional, yang pasti ide tersebut tidak menunjukkan
hasil nyata.
Adapun
maksud penulis mengangkat judul tulisan pada kesempatan ini adalah karena
menurut pengalaman sendiri, dari sekian banyaknya blogger Tanah Air, hanya
sebagian kecil dari mereka berprofesi sebagai guru. Bahkan sebagian besar para
guru pun belum memiliki akun email. Padahal dengan semakin meluasnya jaringan
internet dan tersedianya fasilitas blog yang gratis, sudah sewajarnya para guru
mampu dan turut serta memanfaatkannya untuk peningkatan pembelajaran bagi
siswa.
Sayangnya,
keterbatasan dan kemampuan para guru masih minim dalam mengakses internet.
Selain itu masih ada kerisauan atau keengganan terhadap para pengambil
kebijakan di negara ini dan juga pro kontra di masyarakat yang berselisih paham
tentang kebijakan pendidikan.
Kembali
ke judul tulisan di atas, tidak bisa dipungkiri bahwa dunia blog sudah sangat
trend di kalangan masyarakat Indonesia saat ini. Bahkan ibu rumah tangga pun
sudah banyak yang ngeblog. Mereka telah merasakan asyiknya memiliki sebuah
blog. Selain mengisi waktu luang dengan menulis, mereka pun sudah berani
berbisnis melalui blog. Seorang blogger akan mampu memacu kreatifitas diri dan
mengekspresikan segala ide yang ada di benaknya.
Pelatihan
blog untuk para guru sebenarnya telah pernah dilaksanakan di sekolah-sekolah
terutama di Pulau Jawa. Tetapi perkembangannya tidak konsisten dan tidak
berkelanjutan. Setelah selesai pelatihan maka blognya tertinggal begitu saja
tanpa ada update apalagi teknik sederhana menghias dan mempromosikannya.
Alhasil blog pun dilupakan dan hilang. Padahal jika seorang guru siap ngeblog,
maka manfaat yang diperoleh sangatlah besar.
Adapun
manfaat yang diperoleh jika seorang guru menjalankan blog adalah:
Pertama,
para guru bisa memberi tugas sehari-hari melalui blognya dan para siswa bisa
membaca sekaligus menjawab tugas-tugas tersebut langsung ke e-mail sang guru.
Kedua,
para guru memberi jawaban atau penjelasan tentang tugas tersebut melalui blog
sang guru.
Ketiga,
para guru bisa memberi contoh-contoh soal ujian semester atau UAN melalui blog
dan bisa menyediakan pembahasan di blognya
Keempat,
para guru bisa interaktif seputar berbagai masalah pelajaran dengan siswanya
melalui fasilitas chatting di blog.
Kelima,
bagi siswa/i yang absen karena sesuatu alasan, akan tetap bisa mempelajari
materi sebelumnya dengan mengunjungi blog gurunya untuk mengulang pelajaran
yang lalu.
Keenam,
para siswa akan semakin tertarik dengan blog dan mereka pun siap memilikinya.
Hal ini akan membuat mereka tidak hanya bermain game online saja dan
benar-benar memanfaatkan internet untuk pengetahuan.
Melihat
manfaat di atas, tentunya kita akan sadar bagaimana besar pengaruhnya terhadap
sistim pembelajaran dan peningkatan kreatifitas siswa. Pertanyaannya adalah,
bagaimana mensosialisasikan penggunaan blog ini kepada para guru? Siapa yang
paling berkompeten? Apakah Menteri Pendidikan atau Menteri Komunikasi dan
Informasi dengan program melek internetnya?
Ataukah hanya menunggu orang-orang yang peduli saja?
Memang
bukan tugas yang ringan untuk merealisasikan impian ini. Namun tidak juga harus
menyerah. Terbukti, dari sebagian kecil jumlah guru yang telah ngeblog, dapat
kita jadikan sebagai cermin bahwa guru sebenarnya tidak juga tertinggal dalam
hal kepemilikan blog. Selain itu banyak sekali sumber-sumber informasi yang
bisa dijadikan referensi serta
tenaga-tenaga yang bisa dijadikan nara sumber untuk tujuan ini.
Sebagai
saran saja, untuk mewujudkan seorang guru siap ngeblog, sudah saatnya dipikirkan
sebuah kebijakan yang mewajibkan setiap guru memiliki blog pribadi sebagai
salah satu syarat memperoleh sertifikasi.
No comments:
Post a Comment