Tulisan Terbaru

SINABUNG, MERAPI DAN GEMPA MENTAWAI SEMOGA YANG TERAKHIR

Bencana alam sepertinya tidak henti-henti menerpa negeri tercinta Indonesia ini. Semenjak   terjadinya bencana dahsyat tsunami di Aceh, susulan berbagai bencana alam seperti banjir  dan gempa bumi selalu saja silih berganti datang menerpa. Rintihan dan tangisan para korban bagaikan sebuah alunan  nada menyayat hati  yang  meninggalkan luka berkepanjangan.

Dari rentetan peristiwa alam yang terjadi, bencana menghebohkan kembali mengguncang bumi pertiwi, pada Minggu (29/8/10) dini hari sekitar pukul 00.15 WIB. Gunung Sinabung yang terletak di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara meletus. Tidak sempat berbuat apa-apa, korban pun berjatuhan yang pasti akan membawa penderitaan berkepanjangan. Sebelumnya Gunung Sinabung yang memiliki ketinggian 2.460 meter di atas permukaan laut itu, mulai menunjukkan aktivitasnya dengan mengeluarkan asap hitam pada hari Sabtu (28/08) pagi. 

Dua bulan setelah peristiwa sinabung, tiba-tiba dunia kembali dikagetkan dengan meletusnya Gunung Merapi yang berada di Sleman, Yogyakarta, yang meletus hari Selasa (26/10) petang. Gunung berapi paling aktif di Indonesia tersebut menyemburkan awan panas dan ribuan ton material mematikan. Berita ini membawa haru biru yang dalam bagi bangsa ini, karena korban mulai berjatuhan dan sarana kehidupan berupa ladang pertanian dan tempat tinggal hancur berkeping-keping.

Di antara korban meninggal juga terdapat juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan dan seorang wartawan Vivanews, Yuniawan Nugroho. Kabar yang menyebut Mbah Maridjan meninggal dalam posisi bersujud langsung mengundang rasa penasaran publik. Mbah Maridjan ditemukan dalam posisi bersujud di dapur rumahnya dengan kondisi luka bakar terdapat di tubuhnya dan bajunya hangus terbakar. Sosok yang sudah kaku tersebut dibawa ke rumah sakit untuk test DNA dan  tampak diselimuti abu vulkanik yang tergeletak di atas kantong mayat berwarna kuning.

Hampir bersamaan dengan meletusnya gunung berapi, sebelumnya pada Senin (25/10) pukul 21.40 WIB, gempa berkekuatan 7,2 skala richter mengguncang Mentawai, Sumatera Barat. Akibatnya Mentawai diterjang gelombang tsunami dengan ketinggian mencapai enam meter. Hingga tulisan ini dimuat, sudah  113 orang kehilangan nyawa. Sedangkan lebih dari 400 orang belum ditemukan dan puluhan bangunan hancur.

Ketiga rentetan bencana di atas, bagaikan sebuah untaian derita yang membawa duka yang dalam bagi negeri ini. Dengan kondisi korban dan pengungsi yang menyayat hati, sepertinya tidak sanggup lagi untuk bertahan. Tetesan air mata dan duka cita yang dalam tampak menyelimuti peristiwa ini.  Bagaimana tidak? Ladang sawah, peternakan dan pemukiman sebagai sumber mata pencaharian dan tempat tinggal penduduk, hancur lebur rata dengan tanah. Belum lagi sanak saudara yang tewas dan hilang.

Banyak simpati dan bantuan kemanusiaan berdatangan seantero dunia. Akankah itu akan mampumenghapus derita akibat bencana ini? Sampai kapan semuanya ini akan berakhir? Tidak ada yang tahu. Manusia hanya berharap agar ini semua berhenti. Tetapi, masih ada Sang Maha Pencipta yang memiliki hak dan mengatur dunia dengan segala isinya. Hanya dia yang Maha Tahu. Namun demikian, manusia berharap dengan segala doa dan pengampunan,kiranya bencana  yang sedang terjadi ini menjadi bencana yang terakhir untuk dunia khususnya negeri tercinta Indonesia.



No comments:

Blog Archive