Berita tentang kehadiran bahan berbahaya dalam makanan kembali ditemukan saat pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan makanan yang mengandung formalin dan zat berbahaya lainnya ketika melakukan inspeksi mendadak ke Hypermart Thamrin City, Jakarta pada 15 Agustus 2011 kemarin. Saat pihak BPOM mengambil 36 sampel yang dijual di tempat tersebut ditemukan 5 sampel yang mengandung bahan kimia berbahaya. Kelima produk tersebut adalah manisan mangga, manisan salak, asinan betawi, cincau, dan keripik pisang.
Dari kelima produk tersebut tiga diantaranya yakni manisan mangga, manisan salak, dan asinan betawi mengandung formalin, sedangkan Cincau dan keripik pisang megandung borax. Bahan berbahaya tersebut disinyalir berasal dari bahan baku pangan yang digunakan oleh pelaku UKM sebagai pemasok produk tersebut.
Terlepas dari siapa dan mengapa bahan berbahaya tersebut hadir pada produk makanan, yang pasti hal ini sudah merupakan kelalaian yang bisa membawa dampak serius bagi siapa saja yang akan mengkonsumsi produk tersebut.
Harus disadari bahwa kehadiran bahan kimia berbahaya dalam makanan sangat berpotensi mengakibatkan keracunan, kematian mendadak dan aneka penyakit berbahaya yang muncul kemudian. Bahan berbahaya ini perlahan-lahan bisa tertimbun dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama dan ketika organ-organ tubuh tak mampu lagi menetralisir, inilah awal munculnya berbagai penyakit degeneratif yang berbahaya.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang kedua bahan berbahaya yang baru-baru ini kembali ditemukan dalam bahan pangan di Hypermart Thamrin City, pada kesempatan ini penulis mencoba mengulas secara sederhana sebagai berikut.
Formalin:
Formalin Adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Untuk orang awam, formalin umumnya digunakan sebagai bahan pengawet mayat. Penggunaan yang paling banyak zat ini adalah dalam berbagai industri seperti bahan pembentuk pupuk urea, pembuatan parfum, bahan pengawet produk kosmetik dan pengeras kuku, pencegah korosi untuk sumur minyak, bahan perekat untuk produk kayu lapis (playwood), bahan pembuat sutra buatan, zat pewarna, dan bahan untuk cermin kaca dan bahan peledak. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas. Selain itu formalin juga digunakan dalam rumah tangga sebagai pembersih lantai, gudang, atau pakaian.
Melihat penggunaannya untuk skala industri, maka zat ini tidak pernah diijinkan dalam pengolahan bahan makanan. Namun demikian, saat ini para produsen makanan masih sering menambahkan zat ini ke bahan makanan untuk memperoleh produk yang tahan lama, warna cerah serta tampilan seperti baru tanpa menyadari bahaya yang ditimbulkannya. Zat berbahaya ini umumnya dipakai oleh para pedagang untuk mengawetkan jenis makanan seperti tahu, bakso, mie, ikan asin dan ikan kering.
Telah diketahui bahwa kehadiran formalin dalam bahan makanan akan menimbulkan bahaya serius yang akan mengakibatkan mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah, dan diare, memicu terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pancreas, system susunan saraf pusat dan ginjal. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. .
Borax
Borax adalah senyawa yang berbentuk kristal, berwarna putih, tidak berbau dan dijumpai dalam bentuk padat maupun cair. Zat ini digunakan pada obat tetes mata, salah satu bahan dasar pembuat gelas dan keramik, juga banyak digunakan di industri sebagai bahan semikonduktor dan aneka produk deterjen.
Sifat dasar borax ini adalah dapat mengembangkan, memberi efek kenyal, serta membunuh mikroba. Dengan sifat yang demikian, borax sering ditambahkan pada makanan seperti pada bakso, tahu, mie, bihun, kerupuk, maupun lontong. Padahal perlakuan zat ini pada semua bahan makanan tidak pernah ditoleransi (tidak boleh ada dalam kadar berapapun) karena sangat berbahaya. Penggunaan borax ini telah dilarang (tidak ada standar kadar borax dalam makanan) oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Efek yang ditimbulkan ketika seseorang memakan makanan yang mengandung borax adalah pusing, mual, demam, nyeri, mengantuk sampai muntah darah.
Dengan penjelasan singkat di atas serta melihat fungsi dan daya perusak kedua bahan berbahaya tersebut, sudah sangat wajar jika bukan hanya Hypermart Thamrin City saja yang perlu disidak. Aneka toko penjual makanan di pasar tradisionil hingga hypermart di berbagai kota Indonesia sangat perlu diadakan hal serupa mengingat kehadiran zat beracun tersebut dalam bahan makanan sangat berbahaya.
Bagi masyarakat yang saat ini sedang membeli aneka bahan makanan, dituntut lebih selektif dalam memilih jenis makanan dan memperhatikan benar-benar tampilan atau warna makanan yang akan dibeli.
Biasanya ciri-ciri makanan yang mengandung zat berbahaya ini adalah tahan lama dan tidak rusak dua hingga sepuluh hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius) serta baunya agak menyengat. Ciri-ciri tahu yang mengandung formalin umumnya tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es. Tahu menjadi terlampau keras namun tidak padat. Sedangkan baso yang mengandung formalin teksturnya sangat kenyal. Ikan segar yang mengandung formalin mampu tahan sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius), warna insang merah tua dan tidak cemerlang (bukan merah segar). Warna daging ikan juga tampak lebih putih bersih.
Dengan penjelasan ringkas di atas tentunya kita akan lebih waspada dan mampu memilah-milah aneka produk makanan yang akan dikonsumsi. Dengan demikian kita bisa menikmati bahan pangan tanpa ada peristiwa-peristiwa keracunan makanan atau peristiwa lainnya yang diakibatkan bahan kimia berbahaya tersebut.