Jenderal Maximus tampak berjalan dan menyapa pasukannya yang tengah bersiap-siap menunggu perintah menghadapi pasukan German. Saat Maximus sedang berbicara dengan ajudannya, tiba-tiba seorang tentara nya yang diutus ke pasukan German dikembalikan dengan kepala terpenggal. Genderang perang pun dimulai.
Dengan mengerahkan semua kemampuan, akhirnya pasukan barbar German bertekuk lutut di bawah pasukan Roma yang dipimpin Jenderal Maximus. Dengan kesuksesan tersebut, Maximus menjadi idola rakyat Roma termasuk Sang Kaisar Marcus Aurelius. Bahkan Sang Kaisar mengambil keputusan kontroversial dengan menyebut Maximus sebagai orang yang bakal menggantikannya. Hal ini sudah tentu membuat putra kandungnya Commodus marah besar.
Mendengar berita tersebut, Commodus datang kepada ayahnya sambil memelas dan memeluk ayahnya. Tetapi dalam pelukannya tampak jelas ia membenamkan wajah ayahnya ke badannya hingga tidak bisa bernapas dan tewas seketika.
Commodus akhirnya dinobatkan jadi Kaisar Roma menggantikan ayahnya. Maximus tidak mau mengucapkan sumpah kesetiaan pada Kaisar barunya, karena ia curiga Sang Kaisar mati dibunuh oleh Commodus.
Takut Maximus merebut tahtahnya, pria licik itu memerintahkan agar Maximus dan keluarganya dihukum mati. Maximus pun ditangkap untuk dibunuh. Tetapi ia berhasil lolos. Namum demikian, Maximus tidak berdaya menyelamatkan istri dan putra satu-satunya dari bantaian pasukan Commodus. Ia melihat mereka telah tewas digantung. Hatinya hancur dan berkeping-keping. Karena kehabisan darah di tambah beban psikologis yang berat, maximus tak sadarkan diri. Ia pun tertidur di pusara istri dan anaknya.
Akhirnya ia dibawa oleh sebuah kelompok orang dan dijual untuk dijadikan menjadi seorang gladiator. Maximus pun tumbuh menjadi seorang Gladiator tangguh. Inilah yang membawa ia kembali menuju Roma. Ia meraih berbagai kemenangan saat bertanding di Coloseum Roma dalam perayaan penobatan Commodus.
Seluruh rakyat Roma mengelu-elukannya walau mereka belum mengetahuibahwa itu maximus yang sebelumnya dipanggil The Spaniard (orang spanyol). Akhirnya Commodus mengetahui bahwa itu adalah Maximus, ia menjadi marah dan gerah. Di istananya, Commodus yang posisinya terjepit mendadak punya ide untuk menggelar pertandingan akbar antara dirinya dan Maximus.
Kesempatan itu sudah tentu tidak disia-siakan oleh Maximus. Akhirnya mereka pun duel. Commodus berbuat curang saat malam sebelum pertandingan. Ia menusuk Maximus agar pertandingan besok maximus kalah. Duel pun di gelar. Maximus berhasil menewaskan Commodus. Kemenangan ini tidak terlepas dari peran lucilla putri kaisar yang juga saudara kandung Commodus. Ia membuka jalan untuk Maximus dalam mencapai duel tersebut. Sayangnya Maximus juga harus tewas akibat luka yang dideritanya tadi malam itu.
Hal yang menjadi perhatian penulis dalam film ini adalah bagaimana rasa cinta yang terpendam dalam hati Lucilla terhadap maximus, ditambah dengan persaaan dendam yang berkecamuk atas kematian istri dan anaknya, serta kesetiaan kepada Roma membuat Maximus bertahan dan kuat untuk menyelamatkan Roma dari kehancuran.
Antara cinta, dendam dan kesetiaan, ternyata bisa menjadi modal menjadikan sesuatu menjadi lebih baik. Anda mampu?
1 comment:
Artikel dan blognya bagus juga, komentar juga ya ke blog saya www.infonotesharian.blogspot.com
Post a Comment