Berita heboh tentang rusaknya fuel pump sekitar 1.000 unit taksi di Jakarta yang dicurigai akibat tingginya kandungan senyawa sulfur (belerang) dalam premium Indonesia, telah menambah daftar kerusakan yang diakibatkan jenis senyawa ini di sekitar kita.
Terlepas dari benar atau tidaknya sulfur ini yang dicurigai berkadar tinggi dalam premium Indonesia, yang pasti senyawa ini dipastikan selalu ada dalam kandungan minyak bumi. Hal ini terjadi sebagai proses alamiah karena minyak bumi itu diproduksi dari ekstraksi bawah tanah. Kandungan sulfur yang paling banyak di alam terdapat di perut bumi pada batuan sedimen sekitar 8 x 109 kg.
Kehadiran senyawa ini dalam premium dan solar dikategorikan sebagai zat pengotor dan umumnya terkandung dalam minyak mentah maupun dalam produk akhir dan fraksi-fraksinya. Berbagai jenis senyawa-senyawa sulfur yang sering dijumpai dalam minyak bumi adalah hydrogen sulfida (H2S), metil dan benzil mercaptans, metil sulfida, normal butil sulfida, metil disulfida, sulfida-sulfida siklis, alkil sulfat, asam sulfonat, sulfoksida, sulfon dan tiofena.
Hingga sekarang masih belum memungkinkan untuk menghilangkan kehadiran senyawa ini dalam bahan bakar, tetapi setidaknya kehadirannya bisa diminimalisir. Menurut kadar sulfur yang dikandungnya, minyak bumi dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Minyak bumi kadar sulfur tinggi (high sulfur oil), Mengandung sulfur > 2 % berat.
2. Minyak bumi kadar sulfur sedang (medium sulfur oil), Mengandung sulfur 0,1 – 2 % berat.
3. Minyak bumi kadar sulfur rendah (low sulfur oil), Mengandung kadar sulfur < 0,1 % berat
Efek senyawa sulfur terhadap kendaraan, kesehatan dan lingkungan.
Berbagai senyawa sulfur dapat dikategorikan sebagai bahan polutan yang berasal dari pembakaran BBM dan batu bara, penyulingan minyak, industri kimia dan metalurgi
. Senyawa sulfur yang umumnya bisa merusak itu adalah oksida sulfur seperti Sulfur dioksida (SO2) dan senyawa Hidrogen Sulfur (H2S).
Berbagai kerusakan yang disebabkan senyawa-senyawa ini adalah:
1. Senyawa-senyawa sulfur tersebut mempunyai sifat korosif ( menimbulkan karat) dan mempunyai karakter yang mudah meledak. Senyawa ini dapat bereaksi dan mengkorosi logam-logam pada mesin kendaraan. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya ketebalan dinding pipa-pipa atau tabung-tabung pemanas dan bertekanan dalam kendaraan. Kehadiran H2S juga dapat menyebabkan korosi terhadap pipa baja dalam kendaraan dan menghasilkan endapan padat berupa besi sulfida.
2. Sulfur dioksida (SO2) yang merupakan gas buang pembakaran bisa terabsorbsi di dalam hidung dan menyebabkan iritasi dan radang pada saluran pernafasan. Sifat iritasi terhadap saluran pernafasan ini menyebabkan SO2 dapat membengkakkan membran mukosa yang mengakibatkan meningkatnya hambatan aliran udara pada saluran pernafasan. Kondisi ini akan menjadi lebih parah bagi kelompok yang peka, seperti penderita penyakit jantung atau paru-paru dan para lanjut usia. Dalam kondisi keracunan akut, bisa menyebabkan muntah, diare, tekanan darah turun drastis, rasa tercekik, dan rasa sempit didada.
3. Polutan SO2 memiliki daya rusak yang tinggi terhadap bangunan, karena menyebabkan terjadinya hujan asam. Hal ini akan menimbulkan korosi Pada bahan-bahan yang mengandung seng dan tembaga. Juga untuk bangunan berbahan batu kapur dan marmer sangat rentan terhadap deposisi SO2. Selain itu senyawa sulfur ini dapat merusak ekosistem perairan, lahan pertanian dan hutan.
Demikian sekilas tentang senyawa sulfur yang saat ini menjadi perbincangan hangat akibat rusaknya fuel pump ribuan taksi di Jakarta. Bagaimanapun juga, senyawa ini akan selalu hadir dalam bahan bakar minyak bumi. Tetapi kita tentunya tidak bisa menerima keadaan ini begitu saja. Bisa saja benar, kandungan sulfur dalam premium PERTAMINA melebihi ambang batas yang diijinkan, apalagi telah diuji oleh sebuah laboratorium di Thailand.
Untuk bisa menjawab ini, tentunya pihak PERTAMINA harus mengkaji dan meneliti ulang kandungan sulfur ini dalam bahan bakar yang diproduksinya, termasuk premium dan solar.
No comments:
Post a Comment