Masalah keracunan makanan sepertinya tidak akan pernah berhenti dan tetap menjadi berita hangat di berbagai media saat ini. Dari berbagai kasus keracunan yang pernah terjadi, umumnya disebabkan adanya zat berbahaya yang terdapat di berbagai produk makanan.
Salah satu faktor yang juga sangat berpotensi menimbulkan keracunan dan dapat menimbulkan berbagai penyakit berbahaya adalah adanya residu pestisida dan zat pengawet pada buah dan sayuran.
Zat berbahaya pada buah dan sayuran
Buah dan sayuran adalah sumber makanan yang hampir setiap hari kita konsumsi. Selain kandungan gizi dan serat yang dikandungnya, buah dan sayuran sudah menjadi sebuah kebiasaan dalam menu sehari-hari. Sebelum kita mengkonsumsi makanan ini, tentunya sudah mengalami berbagai proses pengolahan. Misalnya selama proses penanaman hingga panen, buah dan sayuran telah diberi pupuk dan selalu disemprot dengan aneka pestisida.
Ketika musim panen tiba, biasanya buah atau sayuran selalu disemprot 2-3 minggu sebelum dipanen. Tujuannya agar tampak segar dan terhindar dari serangan ulat, belalang atau penyakit lainnya. Lalu disiram atau disemprot dengan air 1-2 hari sebelum dipanen. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan berbagai residu pestisida yang sempat menempel saat penyemprotan. Perlakuan ini tentunya tidak masalah sepanjang prosedur yang digunakan sesuai ketentuan.
Masalah akan timbul ketika buah atau sayuran yang akan dipanen disemprot dengan berbagai jenis pestisida yang sudah tidak diijinkan lagi bahkan jumlahnya melebihi ambang batas. Selain itu para petani sering menyemprotkan pestisida 1 hari sebelum dipanen. Bahkan tidak disiram atau disemprot kembali dengan air. Cukup hanya dicuci seadanya lalu dipasarkan.
Hal inilah yang mengakibatkan buah dan sayuran terkontaminasi oleh aneka pestisida yang mengakibatkan banyak residu pestisida yang menempel dan mengering pada buah atau sayuran ketika sampai ke tangan konsumen.
Selain masalah yang terjadi di atas, saat ini juga banyak buah atau sayuran impor diberi zat pengawet agar bisa tahan dan tetap tampak segar dari pusat produksi hingga ke tangan konsumen yang jauhnya bermil-mil. Sebagai contoh, buah anggur atau apel yang diimpor dari negara lain, terlebih dahulu diolah dan dilapisi dengan sejenis zat lilin (parafin) agar tetap tampak segar dan renyah ketika dimakan.
Tabel berikut menunjukkan kandungan Formalin pada beberapa buah dan sayuran impor.
Sumber: Puslitbang BSN
Data lain juga menunjukkan pada bulan April-Agustus 2007 di berbagai pasar buah tradisional dan swalayan di wilayah Bogor menunjukkan bahwa buah-buahan impor mengandung formalin dan pestisida. Formalin ditemukan pada buah apel, durian, pear, wortel, dan lengkeng, baik pada kulit maupun daging buah dengan konsentrasi antara 0,10-122,11 ppm.
Efek terhadap kesehatan
Efek yang ditimbulkan oleh kandungan zat-zat beracun ini dalam tubuh manusia ada yang bereaksi sangat cepat dan ada yang berjalan lambat. Reaksi cepat akan menimbulkan keracunan tiba-tiba sesaat kita mengkonsumsi bahan makanan tersebut. Umumnya hal ini disertai mual, muntah, rasa perih yang hebat, koma, kejang bahkan kematian. Peristiwa seperti ini sudah sering kita lihat.
Data lain juga menunjukkan pada bulan April-Agustus 2007 di berbagai pasar buah tradisional dan swalayan di wilayah Bogor menunjukkan bahwa buah-buahan impor mengandung formalin dan pestisida. Formalin ditemukan pada buah apel, durian, pear, wortel, dan lengkeng, baik pada kulit maupun daging buah dengan konsentrasi antara 0,10-122,11 ppm.
Efek terhadap kesehatan
Efek yang ditimbulkan oleh kandungan zat-zat beracun ini dalam tubuh manusia ada yang bereaksi sangat cepat dan ada yang berjalan lambat. Reaksi cepat akan menimbulkan keracunan tiba-tiba sesaat kita mengkonsumsi bahan makanan tersebut. Umumnya hal ini disertai mual, muntah, rasa perih yang hebat, koma, kejang bahkan kematian. Peristiwa seperti ini sudah sering kita lihat.
Sedangkan reaksi yang lambat tidak menimbulkan hal-hal yang aneh dan berbahaya sesaat kita selesai mengkonsumsinya. Namun demikian, lama-kelamaan zat yang terkandung dalam makanan tersebut akan tertimbun dalam tubuh dan menimbulkan berbagai reaksi berbahaya yang secara perlahan-lahan menggerogoti dan merusak sel-sel tubuh.
Setelah tiba waktunya, muncullah berbagai jenis penyakit berbahaya, seperti kanker, ginjal, hati, jantung, stroke, gangguan saluran pencernaan, susunan syaraf pusat, gangguan otak, limpa, atau pankreas. Penyakit ini bisa timbul beberapa tahun kemudian setelah seseorang mengkonsumsi buah atau sayuran yang mengandung zat berbahaya tersebut.
Tips
Penjelasan sederhana di atas sedikitnya sudah memberi gambaran bagi kita tentang zat beracun pada buah dan sayuran. Bagaimana kehadirannya, jenis-jenisnya, serta efeknya terhadap kesehatan. Tips berikut ini perlu kita ketahui untuk bisa menghilangkan atau meminimalisir efek yang ditimbulkan sehingga kita bisa terhindar dari pengaruh buruk zat berbahaya tersebut.
Pertama, mencuci bersih sayuran dan buah dengan air mengalir sebelum dimasak atau dimakan. Ini akan menghilangkan residu pestisida yang menempel dan mengering.
Kedua, berusaha menghindari buah atau sayuran yang dilapisi parafin, yakni sejenis lilin yang dapat mempertahankan kesegaran buah. Biasanya zat ini tampak berupa lapisan putih dan mengkilat, seperti sering terlihat pada buah anggur, apel atau wortel.
Ketiga, hindari memakan buah bersama –sama dengan kulitnya. Buah apapun itu, lebih baik memakannya dengan membuang kulitnya terlebih dahulu. Karena bisa saja residu pestisida dan zat lainnya masih ada yang menempel pada kulit buah tersebut walau telah dicuci.
Keempat, jika ada sayur yang bisa dimakan mentah, lebih baik tetap memasaknya dengan suhu optimum.
Kelima, hindari mengkonsumsi buah atau sayuran sekali makan dengan jumlah yang banyak. Hal ini akan memungkinkan zat beracun akan banyak yang masuk ke dalam tubuh, otomatis organ tubuh yang bertanggungjawab terhadap racun tidak mampu melawannya. Lebih baik memakannya bertahap dan memiliki rentang waktu, sehingga organ tubuh yang bertanggungjawab terhadap racun masih mampu menetralisir.
1 comment:
jika ada sayur yang bisa dimakan mentah, lebih baik tetap memasaknya dengan suhu optimum.
Post a Comment