PieterSilitonga - Kedua pria itu mengalami sakit parah dan menempati kamar yang
sama di sebuah rumah sakit. Satu orang selalu diijinkan untuk duduk di tempat
tidurnya yang berdekatan dengan jendela. Ia melakukannya selama satu jam setiap sore untuk
membantu mengeringkan cairan dari paru-parunya. Yang seorang lagi karena menderita sakit tulang punggung hanya bisa telentang dan berbaring.
Mereka sering berbicara tentang keluarga mereka, rumah,
pekerjaan, keterlibatan mereka dalam dinas militer, dan topik lain yang membuat
mereka semakin akrab. Setiap sore ketika pria di tempat tidur dekat jendela duduk,
ia selalu menggambarkan apa yang ia lihat di luar jendela kepada teman sekamarnya.
Ia selalu menceritakan tentang taman dengan danau yang indah
yang selalu ada bebek dan angsa bermain di airnya dan anak-anak yang memainkan
perahu-perahuan sambil berlari dan saling menyiram air. Ia juga menjelaskan
sepasang muda-mudi berjalan bergandengan tangan di tengah-tengah bunga yang
berwarna indah. Di luar jendela juga ada pohon-pohon tua yang besar menghiasi taman
dan pandangan kota yang memukau bisa terlihat dikejauhan. Ia kadang juga menjelaskan
parade tentara yang berseragam lengkap.
Ia selalu menjelaskan hal-hal indah setiap sore kepada teman
sekamarnya. Pria yang hanya bisa telentang itu selalu merasa senang dan menikmatinya
dengan menutup mata untuk membayangkan suasana indah sesuai penjelasan dengan
kata-kata deskriftif.
Hari demi hari berlalu, si pria yang dekat jendela tidak
pernah bosan menggambarkan suasana indah di luar kepada temannya. Temannya
menikmati setiap detail suasana itu dan merasa senang karena ia ikut menikmati
suasana itu.
Suatu pagi, perawat membawa air untuk mandi mereka. Namun ia
terkejut ketika menemukan tubuh pria dekat jendela sudah tak bernyawa. Ia telah
meninggal dengan tenang dalam tidurnya. Dengan sedih perawat pergi dan
memanggil petugas rumah sakit untuk mengambil mayatnya.
Waktu pun berlalu, pria yang hanya bisa telentang itu
meminta agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur dekat jendela itu dengan
harapan ia bisa menyaksikan segala suasana indah seperti yang dijelaskan
temannya. Saat pagi hari tiba, jendela pun dibuka oleh perawat. Setelah ia
ditinggal sendirian, Perlahan-lahan walau merasa sangat sakit, ia berusaha duduk
dan menyandarkan dirinya pada pinggir tempat tidurnya. Ia sangat berharap
menyaksikan pemandangan indah itu untuk pertama kalinya. Dia merasa tegang dan perlahan-lahan
ia melihat ke luar jendela di samping tempat tidurnya. Namun ia sangat terkejut.
Ia hanya melihat dinding putih tak ada apa-apa. Ia terheran!
Orang itu bertanya ke perawat. Kenapa temannya berbohong dan
menggambarkan hal-hal indah di luar jendela? Perawat itu menjawab bahwa orang
itu sebenarnya buta bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun. Dia berkata,
" Mungkin dia ingin berbagi sesuatu yang membuat Anda merasa senang dan
bisa menikmati hal-hal indah bersama-sama dengan Anda."
Cerita di atas menggambarkan bahwa ada saatnya kita bisa membuat
orang lain bahagia meskipun situasi kita tidak mendukung.
image: http://wendymurphy.theworldrace.org/
email: piter_centre{at}yahoo.com
1 comment:
Hmmm saya pernah baca cerita ini sebelumnya,,,
memang membuat saya terharu ketika dia berbohong hanya untuk memberi semangat org lain...
nice keep share. :)
Post a Comment