Tulisan Terbaru

Saat Pelita Itu Padam



Disuatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat pun membekalinya dengan sebuah pelita. Orang buta itu tersenyum dan berkata, “buat apa saya bawa pelita itu, kan sudah biasa bagi saya pulang seperti ini.” Dengan suara lembut sang sahabat menjawab, “ini sudah malam, agar orang lain bisa melihatmu dan mereka tidak menabrakmu.” Orang buta itu setuju lalu ia membawa pelita tersebut.

Saat perjalanan, seseorang menabraknya. Si buta kaget dan mengomel. “Hei, kamu tidak punya mata? Jangan asal nabrak orang dong! Saya orang buta tau?” Tanpa bicara apa-apa, si penabrak yang juga terkejut berlalu begitu saja. Si buta melanjutkan perjalanannya dikegelapan malam. 

Namun tiba-tiba ia kembali ditabrak seseorang. Kali ini si buta bukan hanya mengomel, tetapi marah. “Hei, kamu buta ya? Kamu tidak bisa melihat? Aku membawa dan menyalakan pelita ini supaya orang bisa melihat dan tidak menabrakku.“ Si pejalan kaget dan menjawabnya agak keras. “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat pelitamu sudah padam?” Ucapnya.

Si buta terdiam dan tertegun. Namun tiba-tiba si penabrak menyadari ucapannya. Ia minta maaf. Ia baru sadar kalau orang yang ia tabrak adalah seorang buta. “Maaf, sayalah yang buta, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta,” ucapnya lembut.  “Oh tidak apa-apa, maafkan juga saya atas kata-kata kasar saya tadi,” balas si buta menyadari ucapannya. Si penabrak pun membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta dan mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.
........................

Dalam sepenggal cerita di atas, ternyata karakter manusia bisa berubah yang berawal dari padamnya pelita orang buta. Si buta yang marah akibat ditabrak akhirnya  merenung dan menyadari kekasarannya. Si penabrak yang emosional tinggi  juga menjadi berubah atas kelalaiannya yang membuat orang lain kesulitan.

Rentetan peristiwa di atas menggambarkan bahwa kita kadang harus dihadapkan pada                     kejadian-kejadian dalam hidup agar bisa tersadar atas segala kekurangan, keangkuhan, dan egoisme.

 image: www.deepakkarthik.com

Blog Archive